Menu

SELAYANG PANDANG
  • INFO

    • BANJARSARI
    • JEBRES
    • LAWEYAN
    • PASAR KLIWON
  • EVENT GALLERY FALSAFAH
  • INFO BISNIS

    • LOWKER
    • IKLAN
  • Menu

    PSHT-SOLO

    • Home
    • CABANG SOLO
      • ANGGOTA CABANG
        • PERSONALIA PENGURUS
        • DEWAN PERTIMBANGAN
        • DAFTAR WARGA PSHT
      • DEPARTEMEN
        • ORGANISASI
        • KEPELATIHAN
        • PEMBINAAN PRESTASI
        • KESEJAHTERAAN
        • PEMBINAAN WARGA
      • JADWAL LATIHAN
        • RANTING
        • KOMISARIAT
    • PRESTASI
      • REMAJA
      • DEWASA
    • TRADISI
    • SEKRETARIAT
    Go
    Home » TRADISI » MEMAHAMI EKSISTENSI SURO DALAM TRADISI SH TERATE, JAWA DAN ISLAM

    MEMAHAMI EKSISTENSI SURO DALAM TRADISI SH TERATE, JAWA DAN ISLAM

    Suro adalah nama bulan pertama dalam tahun Saka  (kalender Jawa) yang bertepatan dengan  bulan pertama dalam kelender Hijriyah yaitu Muharram yang berdasarkan perhitungan peredaran bulan (komariah). Sehingga bulan suro sangat identik dengan bulan Muharram walaupun pada kurun waktu tertentu berbeda dalam memulai tanggal dan awal bulan.  

    Nama bulan Suro bertepatan dengan bulan Muharram karena ditetapkan oleh Sultan Agung Hanyokro Kusumo sebagai penguasa beragama Islam  Jawa di Mataram pada  1555 tahun Saka atau tahun tahun 1633 Masehi saat itu.

    Nama sebelum ini adalah SRAWANA yang jatuh setiap tanggal 8 Juli karena sebelum 1555 tahun Saka memakai perhitungan seperti tahun Kabisat/Masehi yaitu 365 Hari (Kabisat + 1 hari sebagai akumulasi kelebihan 6 jam selama 4 tahun).

    Kata Suro sendiri berasal dari bahasa arab dan terminolgi Islam Assyuro  yaitu hari kesepuluh bulan Muharram yang merupakan hari yang paling bersejarah dari sejarah manapun juga karena pada hari itu pertama kali Allah SWT ( Tuhan) menciptakan dunia, dan pada hari yang sama pula Allah akan mengakhiri kehidupan di dunia (qiyamat). Pada hari 'asyura' pula Allah mencipta Lauh Mahfudh dan Qalam, menurunkan hujan untuk pertama kalinya, menurunkan rahmat di atas bumi. Dan pada hari 'asyura' itu Allah mengangkat Nabi Isa as. ke atas langit. Dan pada hari 'asyura' itulah Nabi Nuh as. turun dari kapal setelah berlayar karena banjir bandang.

    Terlepas dari kontroversi atas apa yang telah dilakukan oleh Sultan Agung pada saat itu, Suro telah amat dan sangat berbeda dengan bulan Srawana pada tahun Saka sebelumnya. Suro pasca perubahan tersebut menjadi unik dan lain dalam Tradisi Jawa dan Islam. Atas berbagai peristiwa sejarah sebagaimana sebaigaimana perpektif Islam diatas, bulan Suro "Asyuro"/Muharram  merupakan merupakan salah satu di antara empat bulan (Dzulqo’dah,Dzulhijjah, Muharram dan Rojab) yang dinamakan bulan haram atau mulia. Karena sebagai bulan mulia maka pada bulan-bualn tersebut dilarang melakukan Pembunuhan dan Perbuatan haram (kejahatan) yang lain.

    Dalam perspektif dan tradisi Jawa, bulan Suro "Srawana" ada yang mamahami sebagai bulan penuh musibah, penuh bencana dan bulan penuh kesialan. Dalam pemahaman yang lain, bulan suro dianggap sebagai bulan keramat dan sangat sakral.

    Atas dasar perbedaan dan keunikan tersebut maka untuk merayakan bulan suro/muharram  ditandai dengan kegiatan yang berbeda mulai dari  syukuran (selamatan),ritual, ruwat, melek'an (tidak tidur semalam suntuk),tapa bisu dan lain-lain sebagai refleksi pembersihan dan penyucian diri..

    Memadukan berbagai keunikan, tradisi dan bahkan keyakinan yang berbeda, dalam perspektif Setia Hati " Terate" bulan suro adalah bulan penting dan juga sakral. Bagi calon warga SH Terate, bulan suro menjadi momentum penting untuk menjadi dan sebagai pribadi "manusia" yang baru karena telah layak menjadi warga persaudaran setia hati terate lahir dan batin ( manusia yang berbudi luhur, tahu benar dan salah,bertakwa kepada Tuhan yang maha Esa dan memayu hayuning bawana). Menjadi manusia suci yang lahir kembali ke dunia (tidak punya noda/dosa) yang ditandai dengan lembaran kain putih  berupa Mori.
    Bagi warga SH Terate bulan suro juga merupakan peristiwa penting disamping bertambahnya saudara baru, dengan ditandai dengan pencucian kain Mori bulan suro juga merupakan momentum penting untuk refleksi, instropeksi dan penyucian diri/pribadi untuk kembali dan tetap menjadi pribadi/manusia yang berbudi luhur, tahu benar dan salah,bertakwa kepada Tuhan yang maha Esa dan memayu hayuning bawana.

    Soero Diro Djojo DiNingrat Lebur DiNing Pangastuti
    Unknown
    Add Comment
    TRADISI
    Jumat, 18 November 2016

    facebook

    twitter

    google+

    fb share

    About Unknown

    Related Posts
    < Previous Post

    Diberdayakan oleh Blogger.

    Social Share

    Weekly Posts

    • SURO SUDIRO JAYANING KANG RAT SWUH BRASTA TEKAPING ULAH DARMASTUTI
      Jagra angkara winangun sudira marjayeng westhi puwara kasud kawasa sastraning jro wedha muni sura dira jayaningrat lebur dening pang...
    • CARA MENDIRIKAN TEMPAT LATIHAN
      Dalam beberapa tahun terakhir ini telah banyak perkembangan dalam Persaudaraan Setia Hati Terate, semakin bertambah pula jumlah siswa yan...
    • SEJARAH PSHT
      SELAMA MATAHARI MASIH TERBIT DARI TIMUR, SELAMA BUMI MASIH DIHUNI MANUSIA SELAMA ITU PULA PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE AKAN TETAP JA...
    • EMPAN PAPAN PEMAKAIAN ATRIBUT SHT
          Solo sebagai kota yang  kaya akan tradisi dan budaya dengan beraneka ragam warga masyarakatnya menjadikan Solo sebagai Kota yang ...
    • MEMAHAMI EKSISTENSI SURO DALAM TRADISI SH TERATE, JAWA DAN ISLAM
      Suro   adalah nama bulan pertama dalam tahun Saka  (kalender Jawa) yang bertepatan dengan  bulan pertama dalam kelender Hijriyah yaitu Muh...
    • KIPRAH DAN KONTRIBUSI PELATIH DALAM MEMBENTUK ATLIT
      Menurut penuturan mas Rony, begitu nama akrab Ketua Ranting Banjarsari Rony Febrianto Putra dalam kesehariannya, “Dalam membentuk atlit d...
    • PENATARAN PELATIH, WASIT DAN JURI IPSI SOLO
      Di donohudan anggota SH TERATE mengikuti penataran Pelatih, Wasit dan Juri yang di adakan IPSI. Mengingat anggota SH TERATE kita khususn...

    Like us On Facebook

    Labels

    • CABANG SOLO
    • DEPARTEMEN
    • DEWASA
    • ORGANISASI
    • PRESTASI
    • REMAJA
    • SELAYANG PANDANG
    • TRADISI